Air adalah benda paling punya nilai di Bumi. Tanpa air, semua kehidupan di Bumi dapat musnah. Meski terlampau penting, anehnya, kita tidak menyadari apa-apa tentang air. Terutama, bagaimana air tercipta. Di bangku sekolah barangkali kita studi bagaimana siklus air. Namun, dari mana asal air tidak pernah dulu dijelaskan. Sekilas, pertanyaan ini sebetulnya sederhana, tapi nyatanya hal tersebut telah membingungkan para peneliti hingga sekarang. Namun, para ilmuwan Slot Online Terpercaya telah mengajukan beragam teori untuk menjawab hal ini.
Setelah ledakan besar, berjalan pembengkakan di area angkasa yang ditransformasikan ke didalam bak partikel panas yang seragam. Partikel-partikel itu sesudah itu bertabrakan, berdesakan, hingga bergabung membuahkan inti atom pertama di alam semesta. Proses panjang itu sesudah itu membuahkan atom hidrogen, helium, dan litium.
Seperti yang kita ketahui, air sendiri adalah senyawa yang dibentuk dari hidrogen dan oksigen. Pada awal pembentukan semesta, hidrogen terlampau berlimpah tapi bagaimana dengan oksigen? Sekitar satu miliar tahun, bintang menjadi berlimpah. Inti dari bintang sendiri terlampau panas dan lebih pas disebut tungku nuklir.
Tungku nuklir ini mencampurkan inti atom yang menjadi elemen yang lebih kompleks. Maka terciptalah karbon, nitrogen, dan oksigen. Setelah kedua bahan pembentuk tersedia, air tidak sesudah itu terbentuk begitu saja. Air terbentuk ketika berjalan ledakan bintang atau kerap disebut supernova. Ledakan tersebut memuntahkan elemen-elemen ini ke area angkasa. Di antariksa, hidrogen dan oksigen berbaur membentuk H2O atau air.
Molekul air ini sesudah itu jadi bagian dari pusaran berdebu yang menyatu ke Matahari dan planet-planetnya yang di mulai lebih kurang sembilan miliar tahun. Itulah bagaimana air dapat berada di Bumi. Berasal dari Komet dan Asteroid Menghadapi teka-teki ini, para astronom menyadari bahwa ada dua sumber air yang siap pakai, yakni komet dan asteroid.
Baik komet maupun asteroid dapat punya kandungan es. Jika keduanya bertabrakan dengan Bumi, mereka memberikan jumlah material yang diduga berbagai ilmuwan, benda-benda seperti itu dapat dengan enteng mengirimkan air lautan. Pengamatan baru-baru ini tentang lapisan kimiawi asteroid menunjukkan, rasio beraneka bentuk hidrogen didalam asteroid tampaknya lebih cocok dengan yang kita temukan di Bumi.
Tetapi pemikiran didasarkan terhadap sampel terbatas, bermakna hipotesis ini belum sepenuhnya dibuktikan. Baru-baru ini, peneliti kembali tertarik dengan air berasal dari komet atau asteroid. Mereka mengamati Komet 46P. Wirtanen terhadap 2018. Mereka menemukan, terhadap komet yang dijuluki “komet hiperaktif” itu terkandung air dengan rasio yang sama dengan air di Bumi. Studi yang diterbitkan didalam jurnal Astronomy and Astrophysics itu berikan lebih banyak wawasan tentang mengapa komet hiperaktif punya rasio isotop yang sama dengan air Bumi.